11 Jan 2014

Cinta Itu Anugerah Namun Mengapa Ada Cinta Buta

Assalamu'alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh
Segala puji hanya bagi Allah yg telah menganugerahkan cinta pada setiap hamba-Nya. Shalawat dan salam selalu kita haturkan untuk Nabi kita Muhammad SAW. Dialah tauladan sempurna bagi seluruh umat pengikutnya.
Cinta, ya cinta kalimat ini sangat indah di dengar, namanya terukir dalam tulisan yang indah yang terangkai dalam sebuah makna. Setiap manusia pasti mengenal kata cinta, dia mempunyai berjuta arti dan makna. Apalagi kaum para remaja, mereka di masa pubernya pasti menikmati dan mengagungkan pasangannya dengan kalimat yg indah tentang cinta.
Dan cinta itu anugerah namun mengapa ada cinta buta. Padahal hakekatnya cinta itu membawa pada kebaikan dan kedamaian. Ya kita sering melihat dan mendengar ada orang bisa mengorbankan apa saja demi cintanya. Bahkan atas nama cinta orang bisa terjerumus dalam perbuatan dosa. Bahkan ada juga cinta yang membutakan hatinya, hingga membuatnya putus asa, sampai ada yg bunuh diri karena cinta.
Di sinilah pentingnya manusia menemukan makna cinta yg sebenarnya, agar dengan cintanya dia dapat merasakan keindahan, kebaikan dan kedamaian dalam cintanya. Karena cinta adalah anugerah yg terindah yang Allah berikan pada setiap hamba-Nya. Karena Allah sangat mencintai setiap hamba-Nya tanpa terkecuali, baik yg muslim ataupun non muslim. Allah tidak membeda-bedakan cinta- Nya karena semua hamba-Nya mendapatkan Cinta-Nya.
Ya dengan segala karunia dan anugerah-Nya. Dengan segala nikmat yg telah ia berikan, nikmat rezeki, nikmat umur, nikmat kesehatan, nikmat keluarga, nikmat iman dan sebagainya. Dan kita hamba-Nya tidak dapat menghitung segala nikmat yg sudah Allah berikan kepada kita.
Cinta bisa juga bermakna yang melayani, yang mengerakkan hatinya ke dalam pikirannya dan tindakannya. Bila cinta bersemayam di hati, maka hati akan melayani cintanya atau melayani untuk sesuatu yang di cintainya. Nah jika manusia dapat menemukan makna cintanya, maka dia akan mengenal yang memberi anugerah cinta kepadanya. Ya Dialah Allah Azza Wa Jalla yg telah memberikan anugerah cinta-Nya kepada kita hamba2-Nya.
Cinta yang bagaimana yang Allah inginkan pada setiap hamba-Nya. Mari kita sama-sama sebagai hamba-Nya menemukan cinta yang di inginkan-Nya. Dengan cara kita lebih mendekatkan diri kepada-Nya, lebih mengenal Tuhan kita, dengan segala kebesaran dan ke- Agungan-Nya dalam nama-Nya yg Mulia (Asma ul Husna) dan dengan segala sifat2-Nya. Insya'Allah dengan kita lebih mengenal dan lebih mendekatkan diri dalam iman dan taqwa atau amalan ibadah kita kepada-Nya, maka kita akan menemukan makna cinta kita yg sebenarnya. Makna cinta pada diri kita dan makna cinta- Nya kepada kita hamba2-Nya.
Sebagai contoh; ketika Kita mengenal si fulan yg banyak di sukai atau di cinta oleh orang di sekelilingnya. Dia selalu membawa kebaikan dan kedamaian untuk orang2 di sekitarnya. Karena alasan ini kita mencoba untuk mengenal lebih dekat kepada si fulan, ingin mengenal sifat2nya dan cara hatinya melayani cintanya, sehingga orang2 di sekelilingnya mencintainya dan merasa damai bila bersamanya.
Itulah cinta, bila cinta mulai menguasai hati, maka hati akan melayani cintanya. Bila cintanya untuk mahluk, maka cintanya akan melayani untuk mahluk yg di cintainya. Bila cintanya utk dunia, maka cintanya akan melayani untuk dunianya dan sebagainya. Jadi cinta yang seperti apa yg paling sempurna untuk cinta kita? Ya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Inilah cinta sejati yg harus kita kejar dan kita dapati. Agar kita tahu bagaimana seharusnya melayani cinta kita utk mahluk ciptaan-Nya, agar kita tahu bagaimana cara melayani cinta kita utk dunia. Dan yg paling penting agar kita tahu bagaimana cara melayani cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Agar jangan ada lagi cinta buta yang akan meyeret kita pada kegelisahan, kebodohan, nafsu dan nikmat dunia
Dan kita tahu cinta itu anugerah namun mengapa ada cinta buta? Ya itu di sebabkan karena cinta yg di selimuti oleh nafsu dan cinta dunia, hingga hatinya di butakan oleh keindahan, kenikmatan dunia dan nafsu serta godaan syetan yang terkutuk. Jadi hakekat cinta buta jawabannya ada di dalam keimanan kita dan ketaatan kita kepada ALLAH SWT.
Karena sesungguhnya Cinta Itu adalah anugerah yang harus selalu Kita Jaga. Dengan cara selalu mendekatkan diri dalam ketaatan kita kepada Allah dan selalu mentauladani akhlak Rasululllah saw.agar cinta yang terpatri dalam hati kita, itu akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian untuk sesama dan untuk dunia dan akherat kita. Dan agar cinta yang bersemayam dalam jiwa tidak di butakan oleh nafsu, keindahan atau kenikmatan dunia serta godaan syetan yang menyesatkan.
Dan semoga tema judul ini mengenai cinta itu anugerah namun mengapa ada cinta buta akan menjadi renungan buat kita semua akan hakekat dari makna cinta. Cinta yang akan mendatangkan kebaikan dan kedamaian buat orang2 di sekeliling kita. Dan cinta yang akan menghantarkan pada ketaatan dan keredho'an-Nya (Allah Azza Wa Jalla). Aamiin Ya Robbal'alamin. Wassalam...

10 Jan 2014

Ketika Memaafkan Terlalu Berat

“Sesungguhnya lubang jarum takkan terlalu sempit bagi dua orang yg saling mencintai.
Adapun bumi takkan cukup luas bagi dua orang yang saling membenci.”
(Al-Khalil Ibn Ahmad)
Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh..
Ada satu ucapan, dengan satu napas ‘tuk menuturkannya..
Maaf.
Setunggal kata, singkat dan sederhana. Namun ia menjadi sarat makna, sarat kekuatan dan kedahsyatan bagi hati yang tidak terlatih ‘tuk memberikannya dengan ikhlas. Ialah sebuah perjuangan yang begitu pahit dan meletihkan, ‘tuk sepenuhnya memberi ruang di hati ini, ‘tuk dengan tulus menghaturkan, “Iya, aku sudah memaafkanmu..”
Yuk.. Ikhlaskan.. ^_^Insha ALLAH beban akan terangkat..
Yuk.. Ikhlaskan.. ^_^
Insha ALLAH beban akan terangkat..
Saudaraku..
Di pertengahan malam ini.. Jari-jari ana merajutkan kata untuk antum, yang mungkin tengah tercekik hatinya, karena sakit hati yang demikian dalam, yang didermakan “manusia tak berperasaan”. Dengan tulisan ini, ana hendak mengingatkan saudaraku yang baik ini, yang mungkin tengah menyimpan luka lebar dan dalam, yang menulusup di dasar kalbu paling jauh, yang terus menyayati jiwa yang memilikinya.. Hingga hati yang terbakar itu berujar, “Sampai mati pun takkan kulupakan apa yang telah kaulakukan padaku!”
Akhiy.. Ukhtiy.. Mari kita sandarkan kepala ini sejenak.. Mari ber-istighfar, jika sempat rasa sakit hati menjelma menjadi dendam.. Jika sempat rasa tersakiti tersihir menjadi keengganan memaafkan.. Jika sempat, ego menguasai diri kita, mengambil alih kerja hati dan iman kita.. Sehingga secara tidak sadar kita mendongkrak derajat diri, sampai tega berharap agar penderitaan berbalik mendiami hidup orang yang menyakiti kita..
Astaghfirullaah.. Apatah kita.. Bila memandang diri terlalu agung, hingga tidak sanggup memberi maaf.. Tidak sanggup meniru ajaran Rasulullah yang mulia.. Tidak sanggup menuruti perintah ALLAH.. “Jadilah engkau pemaaf..” (Q.S. al-A’raaf: 199). Sementara kita, takkan sanggup menarik napas walau seteguk, jika ALLAH tidak mengampuni dosa-dosa kita..
Saudaraku yang baik..
Mari raba hati ini, elus dengan lembut sang pelabuhan iman.. Ingatkanlah ia, bahwa..
“Barangsiapa memaafkan saat dia mampu membalas, maka ALLAH memberinya maaf pada hari kesulitan.” (H.R. ath-Thabrani)
Sungguh ana mengerti, Akhiy.. Jika mungkin, melupakan sekaligus memaafkan kesalahan orang ialah usaha yang begitu berat ‘tuk kita pikul sendirian. Macam harus kita dorong gunung dan bukit bertimah dengan tangan kosong. Sungguh ana paham, Ukhtiy.. Jika memaafkan itu semakin terasa berat ketika luka yang ia ukir begitu mencekik dan menghanguskan kebersihan nurani kita..
Ana tau, (kadang) memaafkan itu sulit.. Lagi susah dan berat. Luka yang ia goreskan bahkan mengeras dan berlapis kerak tak tertembus.
Namun..
Ingatkah kita dengan kisah seorang sahabat yang masuk surga karena pekerjaannya setiap hari adalah memaafkan? Ingatkah kita pada sosok ibu, yang memaafkan setiap tangis kita ketika kita hanya bisa menendang-nendang dan merengek di buaian? Ingatkah kita pada kisah ketika Rasulullah menenangkan Jibril yang hendak membalikkan gunung, agar memaafkan orang-orang yang menyakiti beliau?
Ingatkah kita, akan kenyataan tak berbantah, ialah ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala Yang Maha Memaafkan lagi Maha Mengampuni..? Lantas, beraninya kita mendambakan ampun dan maaf dari-Nya, bila kita sendiri enggan untuk mengamalkan kearifan memaafkan?
“… Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak ingin ALLAH mengampunimu?
Dan ALLAH adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. an-Nuur: 22)
Yuk, Saudaraku.. Angkat dan buang beban yang terus mengekori kita, yang kian membendung hati ini dari kemaafan.. Cuci bersih hati ini, peraslah dengan kesadaran akan posisi kita sebagai hamba yang bergantung kepada-Nya. Aliri hati ini dengan kemaafan.. Basahi ia dengan penerimaan.. Bahwa selain Rasulullaah, manusia itu.. Tidaklah sempurna..
Izinkanlah rasa sakit dan disakiti itu menjadi penggugur dosa kita saja. Jangan jadikan ia sebagai benteng kearoganan yang menghalangi nur kemuliaan untuk menyinari kita..
Lalu tuturkanlah ucapan kasih sayang pada ia yang tengah menanti pemberian maaf kita.. Pada ia yang tengah menyesali perbuatannya yang menyakiti kita.. Katakanlah..
“… Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan ALLAH mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang..” (Q.S. Yusuf: 92)
 Itulah ucapan Nabi Yusuf ‘alayhi salam kepada saudaranya, ketika mereka meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat di masa lalu. Subhanallaah..
Saudaraku..
Sungguh, jika kita terus terjerembap pada kesukaran hati ‘tuk memberi maaf.. Jika kita terus mengasung diri dengan memelihara sakit hati akan perbuatan orang lain.. Jika kita terus mencerca, memenuhi rongga dada dengan amarah dan ketidakikhlasan memaklumi.. Ana kira hidup kita tidak lebih baik dari seekor semut yang senantiasa kelelahan menopang beban. Hidup kita takkan tenang, karena hati terus dipusingkan oleh ketidakikhlasan berkelanjutan.
Maka, jika kini hati ini masih terisi oleh keengganan memaafkan.. Jika kini kepingannya masih diretakkan oleh kebencian pada orang yang menyakiti kita.. Jika kini, ia tengah pelik dan tersandung-sandung oleh bayang-bayang perbuatan orang pada kita.. Pasrahkanlah pada-Nya, minta ALLAH yang langsung mengangkat beban ini. Minta ALLAH yang membimbing hati ini ‘tuk memaafkan.. Minta ALLAH ‘tuk mengajari hati ini tentang kearifan meleburkan dendam dan sakit hati.. Insha ALLAH, jika kita tulus meminta, ALLAH akan menolong kita.. Insha ALLAH.. Insha ALLAH..
Karena kemaafan adalah dendam terindah untuk ia yang menyakitimu. Kemaafan adalah akhlak termulia di antara segala reaksi terhadap perbuatan dosa orang lain terhadap kita.. Kemaafan adalah alternatif termanis untuk membentengi diri dari rasa sesak berkepanjangan.. Tiada manusia yang sempurna sehingga tak satu salah pun yang dibuatnya, melainkan Rasulullaah Shalallahu ‘Alayhi Wasallam..
Karena kemaafan, adalah butiran berlian yang menerangi kalbu, yang mengangkat derajat diri dan iman yang dipeliharanya.. Insha ALLAH.. Insha ALLAH..
“Barang siapa senang  melihat bangunannya  dimuliakan, derajatnya ditingkatkan, maka hendaklah dia mengampuni  orang yang bersalah kepadanya, dan menyambung (menghubungi) orang yang pernah  memutuskan hubungannya dengan dia.” (H.R. al-Hakim)
Di sudut dingin kamar 
Ketika sore berpamit, 10/01/2014
jemmy dalam Derik-derik Mengingat-Nya
Untuk siapapun yang tengah membaca tulisan ana..
Ana memohon maaf atas salah-salah ana yang disengaja dan tidak disengaja, ya, Saudaraku.. :)
Semoga ALLAH pun mengampuni dosa-dosa kita.. Aamiin.. Aamiin..
Semoga bermanfaat.. :)

Kesabaran dalam Penantian

Ketika rahasia dihijrahkan menjadi kata benda
Ia menawarkan pilihan
Bersabar, atau memaksa menguaknya
Bersabar menanti kejutan indah di balik rahasia
Atau, terhempas sakitnya kecewa karena memaksa
Cinta
Sabar kini, jauh lebih bijaksana daripada tersiksa nantinya :)
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Assalaamu’alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh..
Saudaraku, pernah jatuh cinta? ;) Atau merasakan kagum yang tak biasa pada seseorang? Atau paling tidak, memiliki harapan yang sempat terlabuhkan?
Ah, patutnya kita jawab tanya itu di hati kita masing-masing.
Namun kini, mari kita bicara. Untuk yang pernah merasakan cinta. Hati yang pernah merasakan sakitnya, hati yang kembali sadar bahwa cinta tak seharusnya ada sebelum hadiah ALLAH itu datang. Hadiah yang sarat dengan kejutan dan perhiasan kebahagiaan. Berupa suami, atau isteri. Atau pasangan sejati kita, till death do us part:)
Ketika kita (masih) sendiri, sementara di sepanjang hiruk-pikuk perjalanan waktu ada saja pasangan yang memamerkan kemesaraannya. Entah dalam bentuk kehalalan hubungan, atau kelaknatan tingkat gawat. Mungkin kadang rasanya berat, seperti kata teman ana, “Kok aku doang yang nggak pacaran? ><.” Atau kata teman ana yang lain, “Jangan-jangan aku jelekbanget ya, Fi? Nggak ada yang deketin ><.”
Hmm..
Ukhtiy.. Sendiri bukan berarti tidak cantik. :) Tak di-‘PDKT’-kan bukan berarti ‘nggak laku’. Melainkan itulah anggai penghormatan ikhwan pada akhwat yang menjaga diri. Inilah pilihan. Dan di balik pilihan yang baik, selalu ada ruang bagi kejutan tak terprediksi. Insya ALLAH..
Akhiy.. Sendirian bukan berarti tidak jantan. Berjenggot dan selalu menunduk bukan berarti kurang pergaulan. Justru itu menjadikanmu terhormat. Inilah pilihan. Dan di balik pilihan yang baik, selalu ada ruang bagi kejutan tak terprediksi. Insya ALLAH..
Hm, lalu mari kita geser sedikit topik kita.
Mungkin, ketika kita telah begitu kagum pada seseorang, ia ‘berpaling’, lalu mendidihkan kekecewaan di periuk hati ini. Atau mungkin, kita mendengar berita tak enak tentangnya, yang memangkas kriteria untuk sebuah kekaguman. Atau bahkan ia malah pacaran, sebuah hubungan yang sekuat tenaga kita tahan sampai masa NPSP (Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan) datang. Kekaguman yang sudah mendidih demikian hebat harus membeku di bawah derajat nol Fahrenheit.
Saudaraku, satu-satunya idola yang sempurna, hanya Rasulullaah. Maka tak perlu rasanya, kita mengagumi orang setinggi itu. Kita sendiri nanti yang kecewa. Kita dan ia sama-sama dhaif. Kita bisa saja berbuat salah, lalu mengapa ia tidak? Tak perlu kita menyibukkan diri ‘kecewa’ dengan akhlak idola yang tak lagi sesuai harapan. Lebih baik kita menjaga diri kita dulu, menguatkan diri kita dulu. Sambil terus berdoa, semoga bagi orang-orang yang dipenuhi ketidaksabaran ALLAH beri kekuatan, kelembutan dan gelombang cahaya paling manis bernama hidayah. Aamiin..
Lalu, jika mungkin pernah sebuah rasa hinggap di hati kita, apa ia harus dipertahankan? Atau harus dikenang sampai badan gemetaran? Entahlah, menurut ana jawabannya tak pasti. Karena dalam setiap jawaban, selalu ada ruang bagi pilihan.
Hanya dua hal yang berani ana sampaikan;
Pertama, ketika kita mengagumi seorang dalam kagum tingkat gawat, apa ia yang yang dikagumi kelak menjadi jodoh kita, Saudaraku? Entahlah. Itu rahasia, tak sepantasnya kita berusaha menguak duluan rahasia ALLAH. ALLAH yang memiliki rahasia itu, maka biarlah kelak Ia yang membukanya, pada masa dan tempat yang tak masuk dalam rekaan. Insya ALLAH. :)
Kedua, ketika kita terluka saat melihat orang yang kita kagumi melakukan hal yang tak pernah kita bayangkan, apa sang jodoh bisa terima, kita telah ‘berserah’ pada orang yang salah? Ah, entahlah. Itu bukan rahasia, karena di sana ia tengah menanti kita. Maka jangan kita rusak penantian itu dengan ketidaksabaran kita..
Saudaraku.. Mungkin, satu-dua di antara yang membaca tulisan ini sedang jatuh hati pada orang yang nasib kita dengannya masih kabur. Mungkin, sedang ada di antara pembaca yang sedang kecewa dan patah hati macam tersengat gerombolan lebah jantan. Mungkin, ada di antaranya yang sedang dekaaat sekali, dengan seseorang, tanpa tahu bahwa kedekatan itu adalah isyarat akan sebuah rasa yang telah berhinggap.
Mari kita nukil sekali lagi:
… Sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) ALLAH itu, pasti datang” (Q.S. al-‘Ankabuut: 5)
Jadi, walau kita memaksa dan menangis darah keadaan berubah saat ini juga, takkan ada yang berubah tanpa izin dari-Nya. ALLAH punya cara, punya rencana di tiap skenario kehidupan. Saat ini kita ingin ada yang mengisi hati dan hidup kita, mungkin itu bukan waktu dimana janji ALLAH telah berjawab. Sebab jika janji itu terjadi nanti, insya ALLAH, kita akan baik-baik saja..
Saudaraku, tulisan ana hadir untuk mengingatkan antum dan diri ana pribadi. Adalah sebuah kenyataan yang harus diingat sampai hadiah itu datang. Bahwa masa sendiri ini akan berakhir. Masa kita terluka karena sesaknya hidup sendiri, masa kita terhempas karena tidak ada yang menyediakan sandaran, insya ALLAH akan berakhir. Jika tidak hari ini, mungkin esok, mungkin setelah lulus kuliah, mungkin setelah bekerja. Atau jika tidak, mungkin kelak, di Firdaus, ALLAH penuhi janji yang sempat mengabur di penglihatan kita. Insya ALLAH.. :)
“Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An Nuur : 26).
Lalu, jika kita sudah bersabar, InsyaALLAH, Ia tengah menyiapkan seseorang yang juga sabar menanti kita. Layaknya sebuah pecahan piala kaca yang terbungkus di etalase, menanti pecahan lain yang juga terbungkus etalase di seberang sana. Layaknya sepasang sepatu, yang tak terpisah, tapi terlihat berbeda. Pasangan yang bersatu karena berbeda, karena kesabaran menanti jemputan.
Mari sama-sama kita meraba hati, ucapkan padanya dengan lembut dan tulus,“Bersabarlah.. Sebentar lagi ia akan datang..” Benar, walau tampak fisik kita sendiri, tapi jauh di hati ini.. Kita dan ia telah menyatu dalam buhul yang telah ALLAH ikatkan sejak dulu. Kita dan ia telah menyatu lewat penantian dalam kesendirian. Lewat penantian dalam kesabaran.
Saudaraku.. Rahasia ALLAH selalu menawarkan pilihan. Dan di balik setiap pilihan, selalu ada ruang bagi konsekuensi. Maka semoga kita pandai memilih pilihan terbaik untuk segala jenis keletihan menanti jodoh; sabar. :) Aamiin..
Yuk, semangat!
Semoga bermanfaat :)

8 Jan 2014

Hidup Adalah Sebuah Pilihan, Sekarang Inilah Pilhanku...

Aku pernah memikirkan,  bahwa setiap manusia pasti ingin punya kekasih dan teman sejati. Kekasih yang akan terus bersamanya, sehidup semati, dalam suka maupun duka. Kebersamaan yg tak terpisahkan… Namun sekarang aku memilih amal shaleh sebagai kekasihku, karena ternyata hanya amal shaleh yang terus mau menemaniku, sekalipun aku masuk ke dalam kuburku.

Aku pernah sangat kagum, pada manusia cerdas, manusia yang sangat kaya sekali, manusia yang berhasil dalam karier hidup dan hebat dunianya. Sekarang aku memilih mengganti kriteria kekagumanku, karena ternyata mereka tak sanggup ketika berhadapan dengan mati.

Dulu aku memilih marah,  kerena merasa harga diriku dijatuhkan, ketika orang lain berlaku dzhalim kepadaku atau menggunjingku, menyakitiku dengan kalimat-kalimat sindiran. Sekarang aku memilih bersyukur dan berterima kasih, karena ku yakin ada transfer pahala ketika aku mampu memaafkan dan bersabar.

Aku dulu memilih mengejar dunia dan menumpuknya sebisaku, ternyata aku sadari kebutuhanku hanya makan dan minum untuk hari ini, dan bagaimana cara membuangnya dari perutku. Sekarang aku memilih bersyukur dengan apa yang ada, dan memilih bagaimana aku bisa mengisi waktuku hari ini dengan penuh makna.

Aku dulu berfikir bahwa aku bisa membahagiakan orang tuaku, saudara dan teman-temanku nanti kalau aku berhasil dg duniaku. Ternyata yg membuat kebanyakan  mereka bahagia bukan itu, melainkan karena sikap, tingkah dan akhlakku. Aku memilih membuat mereka bahgia sekarang dg apa yg ada padaku..

Dulu aku memilih untuk membuat rencana-rencana dahsyat untuk duniaku, ternyata aku menjumpai teman dan saudara-saudaraku begitu cepat menghadap kepada-Nya.
Tak ada yg dapat menjamin aku besok bertemu matahari…
Tak ada yg bisa memberikan garansi aku bisa mengirup nafas, dan membuka jendela besok pagi…

Sekarang aku memilih memasukkan dalam rencana-rencana besarku, yang paling utama adalah agar aku selalu siap menghadap kepada-Nya…
Ya Allah berikanlah selalu aku petunjuk ketika memilih…
Ya Allah berkahilah dan luruskanlah selalu langkah-langkahku di jalanMu...

LA TAHZAN....

6 Jan 2014

Untukmu Yang Selalu Kunanti...


Untukmu Yang Selalu Kunanti...    
 
Jika lelah yang kurasa sekarang, aku yakin kau juga merasakannya. Lelah menantimu. Lelah menanti janji Allah untuk segera mempertemukan kita dalam kesempatan untuk menggenapkan separoh dari agama ini. Lelah… dan teramat lelah….!!!!
Itulah yang sekarang kurasakan. Lelah untuk tetap menjaga hati dan iman ini. Lelah untuk istiqomah menanti hingga janji Allah tiba. Lelah untuk tetap tersenyum dalam menghadapi setiap pertanyaan..
“Kapan menikah…..?”
Di tengah kelelahan itu, izinkan aku sekedar melukiskan kekeluan hati yang sulit terucap dengan lisan. Dan izinkan pula aku sedikit mengutip surat cinta dari Allah, sebagai kewajiban kita untuk saling mengingatkan dalam hal kebaikan dan kesabaran…
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (syurga) (QS An-nur : 26)”
Huuf….!!!!
Lega rasanya, bisa sedikit menyampaikan ini. Meski jika boleh sedikit jujur, kutulis petikan firman Allah itu hanya sekedar menghibur hatiku yang teramat lelah. Menghibur hatiku yang terkadang perih melihat kebahagiaan temanku atau  bahkan yang usianya di bawahku telah mendapat izin Allah untuk melangsungkan pernikahan. Hatiku yang terkadang iri melihat temanku melahirkan anaknya dan terasa lengkap sudah dirinya diciptakan sebagai seorang perempuan. Yang telah berkesempatan untuk menjadi seorang ibu.
Lelah…!!! Dan teramat lelah….!!!!
Untuk sebuah penantian yang aku sendiri tidak tahu kapan berakhirnya. Selaksa doa yang terus terlantun seakan menjadi arang untuk mengobarkan asa. Sebuah harapan untuk segera menemui hari yang paling membahagiakan. Ya… Hari pernikahan. Hari dimana kita bisa menunpahkan segala rasa cinta yang ada dengan halal dan penuh ridha Allah.
Sekilas, hatiku tersenyum kecil saat membayangkan hal itu. Tapi, senyum itu terpaksa harus ku tepis karena kenyataan saat ini masih jauh dengan sebuah harapan yang ada. Sebuah kenyataan ternyata kau belum ada di depanku. Belum datang untukku. Meski aku tahu, kau telah dipersiapkan Allah untukku.
Aku tidak tahu kenapa sampai sekarang Allah belum mempertemukan aku denganmu. Padahal, doa dan usaha tak pernah berhenti menghiasi langkahku. Usaha untuk menyempurnakan ikhtiar dan doa untuk menggenapkan tawakal. Semuanya telah kulakukan.
Yah… tapi kembali lagi mau tidak mau aku harus berkompromi dengan semua ketetapan Allah. Meski aku telah meminta dengan sepenuh harap, Allah tidak akan pernah memberikan apa yang aku inginkan. Tapi Allah hanya memberikan apa yang aku butuhkan. Meski berulang kali hati kecilku mengatakan bahwa aku telah siap untuk menikah, Tapi, hanya Allah yang jauh lebih tau tentang kesiapan diriku daripada diriku sendiri.
Telah berulang kali datang di hatiku orang yang kusangka dia adalah dirimu. Mencoba memasuki hati dan mencoba mengambil tempat yang kuperuntukkan untukmu. Tapi, berulang kali juga mereka harus keluar dan mengaku kalah karena berbagai sebab. Dan sekarang, ternyata aku masih menunggumu. Menunggu kedatangan seseorang yang aku sendiri belum tahu siapa dirimu.
Lelah… dan teramat letih…!!!
Jika aku mengucapkan satu kata. “MENUNGGU”
Penantian yang aku sendiri  juga belum tahu kapan berakhirnya. Sedangkan di sekitarku, telah banyak pemandangan indah yang kulihat. Ibu-ibu muda yang usianya di bawah umurku telah sempurna menjadi seorang perempuan dengan melahirkan buah hati mereka yang lucu-lucu. Kembali lagi hatiku harus menjerit dalam Tanya
“Kapan tiba waktunya untukku…..?”
Menjalani hidup sebagai seorang istri, sebagai seorang ibu rumah tangga dan menjalani fitrah seorang perempuan sebagai seorang “IBU” bagi buah hatiku.
Selaksa doa dalam sujud harap tak pernah lekang di tiap sepertiga malam terakhirku. Mencoba mengadu pada tiap doa yang terlantun. Mencoba mengiba dalam tiap tangis yang terus membasahi sajadah. Dan Mencoba bertanya dalam heningnya istikharah.
“Dimana dia ya Allah….???? Seorang laki-laki yang telah kau janjikan untukku. Seorang laki-laki sebagai penyempurna agamaku, penjaga ketaatanku sekaligus penggenap langkah dakwahku….??????”
Lelah… dan teramat letih…!!!
Jika hati ini mencoba mengeja setiap rencana Allah. Tapi satu keyakinan yang akan terus membuatku tersenyum di tengah hati yang semakin lelah. Janji Allah mungkin tidak datang dengan “SEGERA”. Tapi akan selalu datang dengan “PASTI”. Seperti apa yang telah Allah janjikan dalam surat An-Nur : 26. Sekarang, aku memang tidak tahu siapa dirimu dan dimana keberadaanmu. Tapi aku yakin, kau akan dipertemukan Allah denganku saat masing-masing kita telah baik di mata Allah.
Jika aku menginginkan kau seorang yang baik dimata Allah, maka izinkanlah aku untuk selalu memperbaiki diriku dengan kebaikan sesuai ketentuan Allah.
Jika aku menginginkan kau memberikan cintamu hanya untukku, maka izinkan mulai sekarang aku menjaga hati dan cinta ini hanya untukmu.
Jika sekarang aku menginginkanmu menjaga akhlak dan pandanganmu untukku, maka, izinkanlah mulai sekarang aku menjaga akhlak dan pandanganku hanya untukmu.
Sehingga, ketika telah tiba waktunya bagi Allah untuk mempertemukan kita, indahnya cinta yang terbingkai dengan syurga pernikahan akan menjadi penggenap separoh dari agama ini.
Jika aku boleh jujur, penantian panjang ini layaknya malam yang semakin gelap dan pekat. Hanya cahaya iman dan sabar yang akan menjadi penerang. Tapi aku yakin, malam yang semakin gelap dan pekat itu, tidak akan berlangsung selamanya. Karena semakin waktu berangkat jauh membawa gelapnya malam, semakin dekat pula waktu menuju pagi dengan sambutan mentari yang cerah.
Ya… di saat pagi itulah Allah akan mempertemukan kita sesuai janji-Nya. Pagi yang cerah dengan sapaan mentari yang ramah. Bersama kidung cinta yang akan terus terlantun membawa nyanyian syurga yang Allah turunkan untuk kita. Gerbang pernikahan yang indah dengan hiasan bunga ridha dan restu dari Allah.
Insya Allah akhi…
Waktu itu pasti akan datang bersama izin dari Allah.
Entah kapan, aku sendiri juga belum tahu. Biarkan Allah yang merenda ini dengan indah. Antara harapan dan kenyataan, ada jarak dan waktu. Jarak itu bisa satu centimeter, bisa juga satu kilometer. Atau bahkan lebih. Waktu itu bisa satu hari atau bisa juga satu tahun. Atau bahkan lebih. Dan di dalam jarak dan waktu itulah, kita isi dengan kesabaran dan doa. Sabar bukan berarti diam. Sabar bukan berarti pasiv. Sabar bukan berarti hanya duduk menunggu. Tapi sabar adalah ekspresi usaha tanpa henti. Ayunan langkah kaki untuk terus berikhtiar meraih apa yang Allah janjikan. Jodoh memang mutlak kekuasaan Allah. Jodoh memang ada di tangan Allah. Tapi, kalau kita tidak berusaha menjemputnya, akan terus di tangan Allah. Tidak akan pernah sampai di tangan kita. Biarkan aku mencoba menjemputmu dengan memperbaiki diri. Biarkan aku menantimu dengan memperbaiki iman. Biarkan aku menunggumu dengan terus melangkahkan kaki semampuku dalam usaha dan ikhtiar.
Akhi….
Di tengah lelahnya hati ini, izinkan aku tetap menunggu dengan iman yang tak pernah surut. Meski kadang godaan rasa putus asa terus menghinggap di hati. Aku hanya perlu menyandarkan cinta dan harapan pada Allah. Karena, menyandarkan harapan pada manusia hanya akan menemui kekecewaan. Biarkan penantian yang aku sendiri belum tahu kapan berakhirnya ini menjadi ladang ibadah yang disediakan Allah untukku. Dan orang-orang yang sedang menanti sepertiku.
 Terus perbaiki diri akhi….
Aku masih setia menantimu.
-

Ternyata calon istriku sudah tidak perawan, bagaimana solusinya?

Ternyata calon istriku sudah tidak perawan, bagaimana solusinya?