17 Jan 2014

Cukuplah Allah...

Aku hanya ingin dihargai
Apa itu sesuatu yang sangat amat mahal harganya?
Hingga kau selalu meremehkan orang-orang yang mencoba belajar jujur
Teringat akan sebuah cerita tentang seseorang yang telah membunuh 99 orang
Dia pun ingin bertaubat dan bertanya kepada salah seorang yang dirasa ilmunya memadai
Tetapi orang itu hanya melihat dari sisi logika saja
Orang yang membunuh 99 : "apakah ketika saya bertaubat, taubat saya akan diterima oleh Allah?"
Orang pintar : "Kalau menurut logika saya, dosa Anda terlalu besar untuk diterima taubatnya oleh Allah."
Akhirnya orang yang membunuh itu pun membunuh orang pintar itu
Tepat 100 orang yang dibunuh
Akhirnya dia kembali berjalan dan bertemu dengan seorang kyai
Orang yang membunuh : "Pak Kyai, saya sudah membunuh 100 orang. Saya ingin bertaubat. Apakah Allah akan menerima taubat saya?"
Pak Kyai : "Allah itu Maha Penyayang. Tidak ada taubat yang ditolak ketika memang dia bersungguh-sungguh. Berjalanlah ke kota yang jaraknya ratusan km. Belajarlah di sana. Bertaubatlah sungguh-sungguh."
Orang yang membunuh itu pun berjalan dengan semangat taubatnya akan diterima
Ternyata selang beberapa langkah, orang itu pun meninggal
Allahuakbar, Allah menerima taubatnya
                  Seseorang yang telah membunuh 99 orang sangat tidak mudah 
                                                                dipercaya
Begitupun dengan orang yang telah berkhianat
Meski berusaha jujur sejujur2nya, tapi tetap tak dipercaya
Tak terperi rasanya…
Menambah goresan luka di hati yang masih menganga
Meski tak ada satu hal pun yang sembunyikan lagi
Tetap tak mampu menghapus keraguan itu
Semoga Allah selalu menjagamu dalam pelukan kasih sayangNya
Aamiiin.....


“Bismillahi tawakaltu ‘alallah… la haula wa la quwwata illa billah…”
Dari curahan hati seorang sahabat diatas, pahamilah…
Ujian sering kali datang tanpa diduga, semua adalah murni kehendak dari Allah Sang Pemilik diri dan kehidupan ini. Ada kalanya hati dan diri ini siap menerima, tapi ada kalanya diri ini sampai terjatuh saat menerimanya. Apapun kondisinya, kita tidak akan mampu menolak dan menimpakan musibah itu kepada orang lain. Semua yang diberikan-Nya untuk kita adalah telah sesuai dengan takaran yang dimiliki-Nya. Seperti apapun sebenarnya kita mampu untuk menerima dan mengatasinya dengan bantuan Allah, itu yang pasti!

Saat diri ini diberikan kesulitan, kesedihan, musibah, kehilangan dan cibiran yang sangat tidak menyenangkan bagi kita. Jangan pernah mengira bahwa kita adalah orang yang paling sengsara di dunia, atau orang yang telah di benci oleh Allah. Kala kita menyikapi ujian ini dengan semakin dekat dengan-Nya, semakin tunduk pada-Nya maka boleh jadi itu adalah surat Cinta Allah yang dikirimkan-Nya kepada kita.

Kala kita telah berusaha sekuat tenaga, dan doa yang tak pernah putus kepada Allah maka tawakal kepada Allah adalah kewajiban kita, maka Allah akan tunjukkan jalan dan memberikan kita kemampuan untuk menyelesaikannya. Jangan pernah lupa untuk meniatkan semua karena Allah, agar hati dan diri kita selalu terjaga dalam dekapan-Nya. Tiada kekuatan kita untuk menyelesaikannya, hanya Allah saja yang mampu menyelesaikan setiap masalah kita.

“Ingatlah kepadaKu, Aku pun akan ingat kepadaMu” Q.S. Al Baqarah 152

“maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang akan kamu dustakan?”Q.S. Ar Rahman: 13

“….barang siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan Dia berikan rezeki dari tempat yang tidak di sangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan cukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” Q. S. Ath Talaq: 2-3

“barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” Q. S. Ath Talaq: 5

“...Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah memang adalah sebaik-baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali Imran: 173-174)

Pernahkah anda mengalami hal-hal berikut :
·         Berkeluh kesah kepada manusia (CURHAT) eh engga taunya esok malah menjadi bumerang buat kita, ketika seluruh rahasia kita akhirnya menjadi rahasia umum.
·         Berusaha jujur sekuat tenaga untuk mengembalikan kepercayaan orang lain, tapi tetap tidak dipercaya lagi karena kita pernah mengkhianatinya.
·         Datang kepada kawan yang dulu sempat kita bantu, tapi tidak ada satupun yang dia lakukan (menurutnya), sedang kita dapati ia sebenarnya bisa membantu.
·         Berusaha memperbaiki diri, tapi tidak ada satupun  kebaikan yang kita lakukan benar menurutnya dan tetap selalu dinilai salah.
·         Datang memohon bantuan kepada seorang kenalan, malah yang datang adalah hinaan. Apalagi kebetulan kita pernah punya salah sama dia, bertambahlah kehinaan kita.
·         Datang kepada kawan, eh belum sempat kita mengeluhkan persoalan kita, dia malah menyodorkan keluhan-keluhannya dia. Dan jadilah kita yang malah membantunya.
·         Datang kepada seseorang yang kelihatannya baik dan peduli akan kesusahan kita. Ternyata kita justru menjadi mangsanya, menjadi korbannya. Jadilah kita sudah jatuh tertimpa tangga pula.
·         Datang kepada seorang kawan, yang ternyata ia sudah pernah kita kecewakan, lalu dia bilang, kapok engga akan pernah mau membantu lagi.
·         Pergi sana pergi sini untuk mengobati penyakit, tapi tiada kunjung sembuh. Bahkan keputusasaan hampir merenggut nyawa.
·         Kita tersudut dan menangis tidak tahu lagi kepada siapa kita mengadu. Rasanya buntu, dan hidup ini bagai di neraka saja. Dll.

Bila anda pernah mengalami hal-hal seperti disebutkan di atas, berarti anda memang sedang butuh Allah. Ketahuilah beberapa hal berikut ini :
ü  Allah tahu kita datang dengan dosa sebesar gunung, Allah tahu kita datang dengan dosa setinggi langit, dan Allah tahu kita datang dengan dosa seluas samudra, banyak maksiat yang kita lakukan, banyak kebohongan yang kita jalankan; tapi ketika kita datang kepada-Nya, Dia tidak pernah menolak, malah Dia senang menerima.
ü  Dia Maha Mengampuni. Ampunan-Nya melebihi amarah-Nya dan jauh melebihi dosa dan maksiat kita.
ü  Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dia kasihi orang-orang yang berkehendak dikasihi-Nya, dan menyayangi orang-orang yang berkehendak disayangi-Nya.
ü  Dia tidak pernah marah kepada kita, seberapapun kita menyakiti-Nya. Dia hanya marah, sebab perbuatan buruk kita hanya akan menghalangi rahmat-Nya.
ü  Dia tidak pernah kecewa seberapa kali pun kita mengecewakan-Nya.
ü  Dia tidak pernah menutup pintu buat kita, dan memenuhi segala harapan bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya.
ü  Kekuasaan-Nya melebihi masalah kita, kebesaran-Nya melebihi apa yang kita keluhkan.
ü  Dia Maha Menyembuhkan tanpa meminta bayaran. Dia hanya minta kita menjadi hamba-Nya yang baik, tunduk dan patuh menghamba kepada-Nya.
ü  Dia Maha Memberikan bantuan dan pertolongan. Sungguhpun bantuan itu untuk masalah yang sebenarnya kita buat sendiri, dan harusnya kita yang memikulnya sendiri.
ü  Dia Maha Melindungi, sungguhpun kita memohon perlindungan dari sesuatu keburukan yang kita lakukan sendiri.
ü  Dia adalah Penggenggam masa depan dan Penggenggam segala urusan.
ü  Di tangan-Nya keputusan baik atau buruk, sedang Dia selalu dan selalu akan memberikan yang baik-baik.
ü  Dia selalu mau memudahkan, tanpa pernah bermaksud sedikitpun menyulitkan.
ü  Dia selalu berniat meringankan, seberapapun beratnya permasalahan, dan tidak pernah punya kepentingan memberatkan.
ü  Dia adalah Yang Maha Berkehendak.
ü  Dia Yang Menguasai hati dan pikiran manusia.
ü   Dia Yang Bisa Membolak-balikkan keadaan.
ü  Dia Yang Maha Meninggikan dan Maha Merendahkan tanpa pernah berniat untuk merendahkan. Seseorang menjadi rendah bukan karena Dia rendahkan, tapi karena Dia Yang Maha Meninggikan terhalang meninggikan kita sebab perbuatan buruk kita. Ia akan meninggikan kita lagi bilamana kita sanggup merendahkan diri kita kembali di hadapan-Nya.
ü  Dia Yang Maha Mengayakan dan Maha Memiskinkan, tanpa pernah memiskinkan manusia. Kita jadi miskin sebab kita yang memiskinkan diri kita sendiri.
ü  Dia Maha Kaya, Dia bukan saja memiliki seluruh harta benda orang-orang yang kaya, dan memiliki seluruh orang-orang kaya, tapi juga memiliki semua hal yang ada di bumi di langit dan di semesta ini.
ü  Dia Maka Kuasa. Kuasa-Nya meliputi kekuasaannya orang-orang yang berkuasa dan meliputi kekuasaannya orang-orang yang tidak dikuasai orang-orang yang berkuasa.
ü  Dia Yang Maha Memuliakan dan Maha Menghinakan, tanpa pernah bermaksud menghinakan. Kita menjadi hina sebab kita sendiri yang membuat diri kita hina.
ü  Dia Maha Menghibur hati.
ü  Dia Maha Mengdengarkan segala keluh kesah.
ü  Dia Maha Menemani.
ü  Dia Maha Melihat segala kesedihan dan Menyaksikan segala kesusahan dan selalu berkenan menolong.
ü  Dia Mahasegala.

Hanya karena kami kurang mengenal-Mu, lantas kami berjalan sendiri dalam kegelapan. Sendiri dalam menjalani hidup dan kehidupan, sendiri dalam mengatasi kesulitan hidup dan kehidupan.

Andai kami mengenal-Mu dengan baik, sebaik pemahaman hari ini dan sebaik yang Engkau pahamkan kepada kami, tentu kami tidak akan berpaling dari diri-Mu dan senantiasa minta ditemani.

Engkau terlalu berharga untuk kami abaikan. Engkau terlalu berharga untuk kami lupakan. Dan kami menjadi terlalu bodoh bila tidak mendekat dengan-Mu. Engkau bisa hilangkan penderitaan kami dengan sekejap. Engkau bisa hapuskan kesalahan-kesalahan kami dengan sekejap. Engkau bisa sembuhkan penyakit-penyakit kami semudah yang Engkau mau. Itu karena Engkau demekian kuasa. Kekuasaan-Mu tidak pernah berbatas dan tidak pernah bertepi.

QS An-Nisa : 6 
Wakafa billahi hasiiba (Cukuplah Allah sebagai Pengawas) 
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi waliyyan (Cukuplah Allah sebagai Pelindung)
QS An-Nisa : 45
Wakafa billahi nashiiran (Cukuplah Allah sebagai Penolong)
QS An-Nisa : 70
Wakafa billahi 'aliiman (Cukuplah Allah yang mengetahui)
QS An-Nisa : 79
Wakafa billahi syahiidan (Cukuplah Allah sebagai Saksi)

Saudaraku…
Semoga Allah kuatkan kita dalam keimanan, ketaqwaan dan keikhlasan dalam mendekati-Nya. Allah sangat mencintai kita lebih dari cinta yang kita miliki. Karena nikmat-Nya untuk kita tidak pernah berhenti kita rasakan dan tidak bisa dihitung satu persatu. Allah tidak pernah ingkar dengan janji-Nya, surga telah menanti kita dengan sangat indahnya. Dan semoga Allah menjaga kesadaran kita untuk tetap ingat kepada-Nya kala sedih dan senang.

Mengambil pelajaran dari setiap kejadian untuk memperbaiki diri yang rapuh ini…

Jika Yakin, Lakukan!! Jika Ragu Tinggalkan!!


Sering kita bimbang dalam menentukan sesuatu, memilih jalan ataupun bahkan memilih seseorang. ..Dan kebimbangan itu menjadikan kita sebagai manusia yang serba salah. kebimbangan itu muncul karena ada ketakutan akan hal tersebut.
Dan tahukah engkau, ketakutan yang kita alami bersumber dari keraguan dan ketidakyakinan akan hal yang kita takuti. rasa ragu tersebut lambat laun menjadi sebuah ketakutan, sehingga menjadikan kita bimbang untuk memilih mana yang lebih baik.
Jika kamu masih merasa memiliki keyakinan untuk melakukan atau kepada sesuatu maka lakukanlah. selagi keyakinan itu bersemi mesra di dalam relung jiwamu tak ada yang lebih baik kecuali engkau melakukannya..
Sebaliknya, jika yang ada hanya keraguan dalam dirimu, maka tinggalkanlah apapun itu. karena tidak ada kebaikan dari sesuatu yang jika engkau melakukannya dengan sebuah keraguan…

عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنِ بْنِ عَلِي بْنِ أبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ: حَفِظْتُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: دَعْ مَا يَرِيْبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيْبُكَ.
[رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح]

Dari Abu Muhammad, Al Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, cucu Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan kesayangan beliau radhiallahu ‘anhuma telah berkata: “Aku telah menghafal (sabda) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam: “Tinggalkanlah apa-apa yang meragukan kamu, bergantilah kepada apa yang tidak meragukan kamu“. (HR. Tirmidzi dan dia berkata: Ini adalah Hadits Hasan Shahih)

PENJELASAN    
Perawi Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Hasan putra Ali bin Abi Tholib radhiyallaahu ‘anhuma, cucu Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam.Beliau dinyatakan oleh Nabi :
ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
Putraku (cucuku) ini adalah pemuka (sayyid), dan semoga Allah akan mendamaikan dengan sebabnya 2 kelompok kaum muslimin (H.R al-Bukhari)
Terbukti, sikap beliau yang mau mengalah dan menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah menyebabkan 2 pasukan besar: dari Iraq dan pasukan dari Syam berdamai dan tidak terjadi pertumpahan darah.
Ketika Nabi meninggal, al-Hasan bin Ali masih berumur 7 tahun.

Meninggalkan hal-hal yang masih samar kehalalannya
Hadits ini merupakan dalil yang memberikan panduan bagi muslim untuk meninggalkan hal-hal yang masih samar (syubhat) dan meragukan. Sebagai contoh, jika ada suatu makanan atau harta yang kita ragu kehalalannya, maka tinggalkanlah, hingga kita yakin akan halalnya.
Semakna dengan hadits:
فَمَنِ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ
Barangsiapa yang menjaga diri dari syubuhat, maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya (H.R alBukhari)

Keyakinan dalam Berbuat dan Kelapangan Jiwa
Seorang muslim membangun keyakinan dalam hatinya ketika berbuat. Karena itu, ia kokohkan ilmunya sebelum berbuat, sebab ilmu adalah landasan amal. Jika ada yang tidak ia pahami, ia tanyakan kepada orang yang berilmu sehingga ia mantap untuk beramal di atas keyakinan. Semakin bertambah keilmuan seseorang, semakin berkurang jumlah hal-hal yang meragukannya dalam syariat.
Ia juga tidak mau larut pada kasak-kusuk maupun isu yang tidak jelas jika ada saudaranya yang dicurigai. Ia akan melakukantabayyun secara beradab hingga ia mendapat kepastian dan keyakinan dalam berbuat. Segala bentuk keraguan ia tinggalkan.
Ia akan berusaha bersikap jujur dan menjauhi kedustaan, karena kejujuran akan mewariskan ketenangan, sedangkan kedustaan menghasilkan kebimbangan dan ketidaktenangan.
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan dusta adalah keraguan (H.R atTirmidzi, lanjutan potongan hadits al-Hasan di atas).
Jika ia ragu pada sebuah pilihan, ia akan bermusyawarah dengan orang yang ahli dan sholih kemudian beristikharah kepada Allah.
Penyebab kegalauan hati dan kebimbangan yang utama adalah kesyirikan. Seorang yang syirik, akan terombang-ambing dalam ketakutan dan ketenangan yang semu. Ketakutannya akan semakin menjadi-jadi ketika ia semakin bergantung kepada selain Allah.
Sebagai contoh, seorang yang minta tolong kepada Jin, maka ikatannya akan semakin kuat dan bertambah kuat. Semakin bergantung kepada pertolongan jin itu, semakin bertambah dosa dan ketakutannya
وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا
Dan bahwasanya ada beberapa manusia laki-laki meminta perlindungan kepada laki-laki Jin sehingga menambah kepada mereka ketakutan (Q.S al-Jin: 6)
Demikian juga orang yang menggunakan jimat, semakin bergantung pada jimat tersebut, semakin tidak tenang jiwanya
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلَا أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلَا وَدَعَ اللَّهُ لَه
Barangsiapa yang menggantungkan jimat, semoga Allah tidak menyempurnakan keinginannya, barangsiapa yang menggantungkan wada’ah (sejenis jimat), semoga Allah tidak memberikan ketenangan padanya (H.R Ahmad, dishahihkan al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahaby, al-Haitsamy menyatakan bahwa perawi-perawinya adalah terpercaya, al-Munawi menyatakan bahwa sanadnya shahih)
Orang yang tidak beriman penuh dengan keragu-raguan dalam jiwanya
إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ
Sesungguhnya yang akan meminta idzin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hati mereka ragu-ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keragu-raguannya (Q.S atTaubah:45)

Kaidah Fiqh: Keyakinan Tidak Bisa Dihilangkan dengan Keraguan
Salah satu kaidah fiqh yang dibangun dari dalil-dalil al-Quran dan hadits adalah : al-yaqiinu laa yuzaalu bisy-syak (keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan). Hadits ini adalah salah satu dari sekian banyak dalil yang mendasari kaidah tersebut, untuk meninggalkan keraguan menuju hal yang meyakinkan.
Sebagai contoh, jika seseorang ragu apakah ia sudah berwudhu’ lagi atau belum setelah sebelumnya batal, maka yang dijadikan patokan adalah kepastian bahwa ia sudah batal. Yang meragukan adalah berwudhu’ lagi. Keraguan tersebut tidak diperhitungkan. Maka ia harus berwudhu’ lagi.
Sebaliknya, dalam kasus yang lain: jika ia ragu apakah sudah batal wudhu’ atau belum, maka yang diambil adalah keyakinan bahwa ia masih suci. Batalnya wudhu’ berdasarkan keraguan. Maka persangkaan batal wudhu’ itu hendaknya ditinggalkan, karena berdasar keraguan. Ia tidak wajib berwudhu’ lagi kecuali jika ia ingin berwudhu’ untuk mendapatkan keutamaan, karena tidaklah seorang berwudhu’, kecuali akan berjatuhan dosa-dosanya ketika air wudhu’ berjatuhan dari jari jemarinya. Berbeda halnya jika ia yakin bahwa wudhu’nya sudah batal, maka ia wajib berwudhu’ jika akan sholat.



14 Jan 2014

Ikhlas Hanya Untuk Allah



"Tauhid sangat luar biasa, 
Ia bisa menjadi tempat berlindung bagi orang mukmin maupun orang musyrik. 
Terbukti bahwa pengakuan terhadap keEsaan Allah SWT,
 Meskipun hanya sesaat dan ketika terdesak saja, dapat menyelamatkan orang-orang musyrik dari malapetaka dunia,. 
Sedangkan bagi orang yang beriman, ,mukmin, 
Tauhid akan menyelamatkan mereka dari malapetaka dunia dan akhirat sekaligus.
 Dengan memahami hikmah dan pelajara dibalik hakikat tauhid, seorang hamba akan menyadari ketidakmampuannya mengurus diri sendiri. 
Dirinya hanyalah makhluk yang penuh dengan kelemahan dosa, dan tidak sanggup berbuat apa-apa.
Kesadaran inilah yang menghantarkannya pada salah satu hakikat tauhid penyerahan segala-galanya kepada Allah SWT. 
Karena Dialah yang Mahasempurna lagi Maha Memiliki segalanya..."

وَأَنَّٱ إِلَىٰ رَبِّكَ لْمُنتَهَىٰ
“dan bahwasanya kepada Tuhamulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. An-Najm:42)
Ayat ini mengandung mutiara hikmah yang sangat dalam, yaitu segala keinginan dan cita-cita yang tidak ditujukan kepada Allah dan tidak berhubungan dengan-Nya adalah semu dan sia-sia. Sebab, keinginan seperti itu tidak mempunyai tujuan akhir sama sekali, padahal segala sesuatu pasti akan berujung kepada Allah.
Semua urusan pasti berpulang kepada pencipta-Nya, kehendak-Nya, hikmah-Nya dan ilmu-Nya. Allah adalah puncak dari segala tujuan dan keinginan. Mencintai sesuatu bukan karena-Nya akan menyebabkan keletihan dan siksa. Seluruh perbuatan yang tidak ditujukan untuk-Nya akan sia-sia dan percuma. Setiap hati yang tidak terkait dengan-Nya akan celaka, serta terhalang untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Atas dasar itu, tidak ada yang paling pentng untuk dicari selain Allah, dan tidak ada tujuan akhir selain kepada-Nya.

(Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah – Terjemah Kitab Fawaidul Fawaid)